Pagi buta, sang fajar belum muncul dari
singgasananya. Udara pegunungan yang dingin membangunkanku pagi itu. Kubuka
jendela kamar asramaku. Awan mendung yang gelap terlihat mengerikan. Angin yang
cukup kencang terlihat menggerakkan pepohonan hutan yang ada di belakang
asramaku. Ya, hari ini adalah hari pertamaku masuk Asrama Putri Moende
ini. Aku baru datang kemarin sore dari rumahku.
Aku pun duduk di
tempat tidur dan bermain dengan bonekaku yang kubawa dari rumah, boneka barbie.
Hari semakin pagi, namun awan mendung semakin gelap. Teman sekamarku, Alice
terbangun mendengar suara hujan yang cukup deras. “Hai, Alice!
Selamat pagi!”, sapaku kepadanya. “Hai juga Kiera!”, sapa Alice balik. Alice
kemudian beranjak dari tempat tidurnya dan kemudian ke kamar mandi untuk cuci
muka. “Mmm, Alice, apakah kau suka tinggal di asrama ini?”, tanyaku. “Ya, tidak
begitu. Aku lebih suka tinggal di rumah karena ada orang tuaku dan
kakak-kakakku”,jawabnya.
Setelah mandi
dan sarapan, murid-murid asrama dibebaskan untuk bermain, karena ini adalah
hari minggu. Aku dan Alice memilih jalan-jalan di taman saja.
“Apakah kita boleh mengambil salah satu dari bunga yang indah itu?”,
tanyaku pada Alice. “Hm, sepertinya tidak. Karena nanti tukang kebun asrama ini
akan marah kepada kita”, jawabnya. “Hm..”, jawabku sambil mengerucutkan bibir.
Saat aku dan Alice baru saja duduk di kursi taman, aku dan Alice melihat siswa
putra asrama kami di depan patung sedang menjahili temannya. Aku dan Alice pun
menuju kesana.
“Hei,
kalian itu tidak boleh begitu. Sesama teman, kita tidak boleh menjahili”,
nasehatku kepada kedua anak jahil itu. Tapi mereka malah tertawa. “Kalian ini
kok malah tertawa sih!”, Alice pun ikut menasehatinya. “Haha, biarkan saja. Apa
kalian mau kujahili juga?”, kata anak jahil yang berkacamata itu. “Aku tidak
takut, akan kuadukan pada BK jika kalian menjahili kami”, jawabku. Mereka
tertawa lagi, lantas mengambil boneka barbie yang kubawa saat itu. “Benar, akan
kuadukan ke BK!”, ancamku. “Eh, jangan. Baiklah, aku tidak akan
menjahili kalian. Namaku Daru, dan Ini Jeddi”, katanya anak berambut setengah
keriting sambil menarik tangan anak berkacamata. “Baiklah Daru dan Jeddi.
Namaku Kiera, dan temanku ini Alice”, balasku masih sedikit kesal. “Iya, kalian
harus janji benar-benar tidak akan menjahili kami!”, Alice berbicara. “Baik,
tapi kami tidak berjanji. Hahaha.. Oh iya, ada yang lebih jahil daripada kami
loh! Hantu Asrama ini!”, kata Jeddi sambil menarik tangan Daru dan mengajaknya
lari masuk ke dalam Asrama Putra Moende (bersambung...)
0 Response to "Indescribable, bab 1 : "Awal Saat Itu""
Posting Komentar